TERNATE,Tbn- Harga bawang, rica/cabai, dan tomat (Barito) di Kota Ternate sering naik jelang Idul Fitri atau lebaran tahun berjalan. Harga bawang naik disini lantaran pedagang ambil dari tangan ketiga di Manado.
Distributor Barito di Kota Ternate, Nurjaya H. Ibrahim, mengatakan, harga bawang merah misalnya di pasar Ternate sebelumnya masih dijual Rp 50 ribu per kilo. Seminggu memasuki lebaran Idul Fitri naik menjadi 60 ribu – 65 ribu per kilo.
“Biasa pedagang ambil di Manado dari tangan ketiga Rp 30 ribu per kg sampai Rp 35. ribu per kg, hingga dijual di Ternate harga bergerak naik menjadi Rp 60 ribu per kg sampai 65 ribu per kg,” katanya, Rabu (10/4/2024).
Pergerakan harga barito di Ternate menyebabkan sering terjadinya inflasi atas sejumlah bapokan itu. Kondisi harga bawang berbeda bila pedagang Ternate turun langsung ambil di sentra produksi atau petani produsen di kabupaten Enrekang, itu berarti beli dari tangan kedua.
Nurjaya yang biasa disapa Jaya saat dimintai tanggapan, atas fenomena kenaikan harga ini, menyatakan perlu ada langkah intervensi dari pemerintah kota (Pemkot) Ternate.
Dimana ia menyarankan, langkah pertama yang perlu dilakukan pertama ialah, pemanfaatan kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk menanam rica atau tomat.
“Kalau pedagang ambil di Manado biasanya sudah di tangan ketiga, kenapa tidak ada intervensi ke petani langsung,” tambah Caleg DPRD Kota Ternate Terpilih itu.
Jaya menyam paikan, saat ini di masa libur lebaran idul fitri Barito cende rung mengalami kenaikan signifi kan, karena adanya permain an harga oleh tengkulak (pedagang tangan ketiga) di Manado.
Dia bilang, biasanya karena Barito adalah kebutuhan masyarakat jelang lebaran, maka mau tidak mau demi mencukupi kebutuhan itu, pedagang di Ternate rela membayar lebih.
“Mahal atau tarada tetapkan orang mesti belanja sebab sudah jadi ke butuhan. Apalagi kebanyakan kita disini ambil di Manado,” ujar Jaya.
Pemkot Ternate, terang Jaya, bisa mencoba kerjasama dengan petani secara langsung dengan turun ke sentra produksi Barito, misalnya seperti mengecek di wilayah kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.
“Jadi disini ambil ke petani langsu ng jangan lagi ambil ke tangan ketiga yang ada di Manado,” sambu ngnya menjelaskan hal itu dapat meminimalisir stabilitas harga. (wis)