TERNATE,Tbn- Titik masuk pengembangan kawasan kota baru dengan reklamasi pantai Kayu Merah-Kalumata. Pengembangan kawasan itu, perlu di back-up Tauhid Soleman sebagai bagian dari dinasti masa lalu yang mampu koneksikan tiga visi utama.
Said Assagaf, mantan Kepala Bappeda Kota Ternate mengapresiasi apabila ada tindaklanjut terhadap pengembangan kawasan kota baru yang rencana di era Wali Kota (alm) Syamsir Andili, dilanjutkan Wali Kota (alm) Burhan Abdurahman.
Pengembangan kawasan kota baru itu dilatarbelakangi kondisi rill Kota Ternate, yaitu kompleksitas masalah perkotaan dimana tingkat pertumbuhan penduduk makin meningkat, dimana Ternate masuk 25 kota lonjakan penduduk cukup tinggi.
Begitu pula tingkat pertumbuhan kendaraan roda dua dan empat cukup tinggi. Ternate termasuk kota dinamis, sesuai hasil evaluasi BPS, Ternate termasuk kota yang dinamis dan cukup tinggi.
Bahkan disisi lain ketidak seimbangan pertumbuhan antar kawasan, ada kesenjangan antar wilayah, terutama wilayah pusat kota. Kawasan area Gamalama dengan area kawasan Selatan, Utara dan Tengah.
“Pada masa era saya menjadi Kepala Bappeda, itu kita sudah mengantisipasi kondisi ini, dengan mengawali penyusunan dokumen perencanaan tata ruang yang terdiri dari tiga dokumen,” lanjutnya, Minggu (19/5/2024).
Yaitu dokumen perencanaan tata ruang sparsial, investasi dan infra struktur sudah ada. Tiga dokumen ini akan menjadi roh RTRW untuk pengembangan kawasan selatan. Kemudian kita jabarkan dalam RJPD 10 -25 tahun kedepan meng antisipasi kondisi rill seperti itu.
Entri point atau titik masuk pertama dalam pengembangan kawasan kota baru adalah dengan melakukan reklamasi pantai. Kayu Merah dan Kalumata, dan itu sudah terealisir melalui dana multiyear.
“Kita berharap kebijakan pengembangan kawasan selatan, dimana titik masuk melalui reklamasi ini perlu ditindaklanjuti atau di back-up kepala daerah selanjutnya, dalam hal ini Tauhid Soleman dengan visi misi Ternate Andalan,” katanya.
Said mengatakan, pengembangan kawasan kota baru butuh sentuhan Tauhid Soleman. Dirinya tak.ingin kawasan reklamasi Kayu Merah- Kalumata terlantar, perlu ada keberlanjutan karena esensi penting tentang perencanaan adalah perencanaan berbasis keberlanjutan.
“Kami berharap pak Wali Kota Tauhid Soleman sebagai bagian dari kebijakan masa lalu atau bagian dari dinasti masa lalu mampu mengkoneksikan tiga visi utama yang melintasi kepemimpinannya,” sambung dia melanjutkan.
Yaitu visi Ternate Madani di era Syamsir Andili yang meletakan kerangka dasar Kota Ternate. Visi pengembangan Bahari Berkesan masa Burhan Abdurahman. Visi keberlanjutan oleh Tauhid Soleman melalui visi Ternate Andalan. “Tiga visi ini harus terkoneksi dalam satu konsep atau dalam satu skema pembangunan keberlanjutan. Ini yang kita harapkan seperti itu,” tuturnya.
Begitu pula pengembangan kawasan Utara. “Kita juga sudah buat pengembangan kawasan Utara melalui reklamasi pantai Dufa Dufa -Salero. Ini yang belum ada tindak lanjut. Kita berharap pak Tauhid dengan APBD-nya atau dengan skema-skema pihak ketiga mampu melakukan pengembangan,” ucapnya.
APBD kota Ternate Rp 1 triliun, menurut Said, sekitar Rp 500 miliar untuk belanja umum, yaitu belanja gaji dan belanja pegawai. “Kita ber harap dengan keterbatasan anggar an ini yang tinggal setengah dari Rp 1 triliun tadi perlu ada upaya mengini siasi lewat pembiayaan dengan pihak ketiga,” sambungnya.
Yang penting dengan pembagian hasil yang saling menguntungkan, ini harus lebih fleksibel.”Pemerintah jangan kaku, hanya terpaku pada APBD tapi harus fleksibel me lalui skema-skema pembiayaan yang konstruktif,” katanya mencontohi.
Said memberi contoh seperti pengembangan kawasan Tangerang, pengembangan kawasan Cikarang, pengembangan kawasan kota Bandung, pengembangan beberapa kawasan di Malang dan pengembangan kawasan Blitar.
“Ini 50 persen pembangunan kawa san tersebut dibiayai oleh skema kerja sama dengan pihak ketiga. Ini yang harus dikedepankan oleh Pemkot Ternate dalam pengemba ngan kawasan kota baru dan kawasan utara,” tandasnya. (wis)