Banyak Lapak Kosong dalam Pasar, Sartini: Pemilik Jualan di Emperan

Ekonomi253 Dilihat

TERNATE,Tbn- Banyak lapak yang kosong berada di dalam Pasar yang ada di kelurahan Gamalama, Pasar Bastiong maupun Pasar Syariah di kelurahan Sasa. Fenomena ini kembali mendapat perhatian serius DPRD Kota Ternate.

Lapak-lapak kosong di dalam pasar itu, kata Anggota Komisi II DPRD Kota Ternate, Sartini Hanafi sudah bicarakan dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Ternate, Nursida Dj. Mahmud.

“Pedagang saat ini banyak yang berjualan di emperan, mereka itu bagian dari pedagang yang pemilik lapak yang ada di dalam pasar tersebut tapi mereka memilih keluar berjualan di emperan,” ucapnya, Rabu (4/12/2024).

Ibu dua anak yang biasa disapa Tini itu mengatakan, Disperindag sudah menyediakan lapak di dalam pasar, tapi pedagang malah menjual lapak tersebut ke orang (pedagang) lain, dan dia memilih berjualan diluar.

“Kita harus cari solusi agar pedagang tersebut bisa kembali berjualan dilapak yang tersedia didalam pasar itu dengan cara ada ketentuan yang mengatur dan butuh ketegasan,” tuturnya.

Tini memberi contoh, kalau di dalam lapak itu untuk pedagang sayur, di depan emperan jalan itu tak bisa ada orang dagang sayur. Kalau ada pedagang sayur disitu, yang didalam pasti berpikir orang tidak akan masuk belanja ke dalam.

“Daripada orang membuang waktu masuk belanja didalam pasar, lebih baik belanja diluar dengan harga relatif lebih murah. Kondisi tersebut harus dicarikan solusi terbaik untuk itu,” beber legislator daerah pemilihan (dapil) Ternate Utara ini.

Politisi PDI-P ini minta Disperindag memberi sanksi tegas pada para pedagang yang jual-beli lapak. Harus ada regulasi mengatur hal itu. Kalau tak ada sanksi, ketika diberi lapak dia tetap akan menjual lapak ke orang lain. Dia memilih untuk berdagang di emperan jalan.

“Dilematis juga ketika kita berbicara soal pasar, karena banyak sekali persoalan yang timbul di pasar saat ini. Mulai dari sistem penagihan yang tadinya bisa menaikan PAD dengan menggunakan sistem digitalisasi,” sambungnya menjelaskan.

Tapi saat ini tidak lagi mengguna kan sistem digitalisasi, kembali lagi menggunakan sistem manual. “Sistem manual itu bisa dipastikan terjadi kebocoran disana,” imbuhnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *