TERNATE,Tbn- Pasar Syariah di kelurahan Sasa, Ternate Selatan, Kota Ternate, Maluku Utara, terbengkalai karena tidak terurus. Pasar itu nyaris ada pedagang yang melakukan trasaksi jual-beli karena mereka keluar berjualan di pinggir jalan.
Untuk menarik pedagang masuk ke dalam pasar ini bila diperbaiki lantai tempat jualan ikan yang sudah hancur, air tidak jalan dan saluran pembuang tidak baik, sehingga otomatis mengganggu aktivitas pedagang.
Pedagang yang melakukan aktivitas di dalam pasar saat ini hanya tiga orang. Lapak ada pemilik tapi tidak berfungsi akibatnya sepi pengunjung. Pengunjung nyaris terlihat masuk-keluar. Kondisi pasar itu cukup memprihatinkan.
Pasar ini tak berkembang, karena tidak disediakan terminal angkot dan dermaga intersuler sebagai akses dengan pulau terdekat atau antar pulau terdekat. Tidak tersedia fasilitas pendukung, pasar itu keli hatan hidup segan mati tak mau.
Tak berlebihan bila Mantan Kepala Bappelitbangda (Bappeda) Kota Ternate, H. Said Assagaf, Minggu (26/5/2024) mengatakan, ini yang harus di rubah mainset berpikir ter kait dengan konsep perencanaan.
“Kita bicara konsep perencanaan pada kawasan-kawasan tertentu seperti Sasa harus paket terpadu. Jadi bukan hanya bangun pasarnya, juga perlu bangun terminal dan dermaga laut akses koneksi deng an pulau-pulau terdekat,” katanya.
Said memberi contoh misalnya antara Sasa dengan Tidore. Ini harus terkoneksi sehingga bisa menghidupkan pasar. Yang kedua, harus ada akses transportasi lokal yang terpadu. Ini barang kali yang perlu dipikirkan pemerintah.
“Selama ini pemerintah kota (Pemkot) Ternate cenderung memikirkan transportasi di pusat kota, sementara transportasi di beberapa kawasan pinggiran tidak terpikirkan,” sambungnya menjelaskan.
Padahal laju pertumbuhan pendudu k di Ternate Selatan cukup tinggi dibandingkan dengan kecamatan- kecamatan yang lain. Ini konsek wesi keberadaan tiga perguruan tinggi yang ada di kawasan selatan, yaitu Unkhair, UMMU dan STIKP.
“Kehadiran tiga perguruan tinggi itu dimana tumbuh subur tempat kos-kosan yang luar biasa, ini penduduk yang luar biasa bertambah sehing ga pertambahan ini harus diimbangi dengan infrastruktur yang memadai,” ucap Said.
Selama dirinya menjabat sebagai Kepala Bappeda sudah ada kegiatan serumpun. Serumpun artinya setiap kebijakan program kegiatan harus terkait, saling terintegrasi, agar harus betul-betul bisa saling menunjang.
Ketika ada pasar harus ada terminal, harus ada akses pulau terdekat (transportasi laut) dengan membangun dermaga intersuler sebagai akses wilayah terdekat seperti Tidore, Moti dan dan lain-lain.
“Ini yang kita belum punya dan kita masih punya pola pikir OPD yang terlalu sentralistis, ada egoisme sektoral, ini yang harus kita hilangkan. Sudah saat berpikir pola perencanaan terpadu,” katanya.
Said mengatakan, mulai berpikir pola perencanaan terpadu, yang terintegrasi, terkoneksi antara sektor-sektor pembangunan, terutama sektor pembangunan terpadu.
“Kalau kita bangun pasar harus ada keterlibatan Dinas PU, bukan hanya Dinas Perindustrian dan Perdagang an. Dinas PU untuk infrastruktur, Dinas Perhubungan untuk dermaga dan terminal,” sambungnya menjelaskan.
Ini yang harus betul-betul bisa dipaketkan dalam bentuk perenca naan paket terpadu. “Sehingga dia terintegrasi, terkoneksi. Faktor ini yang barangkali kita masih lemah,” tandasnya. (wis)