HALMAHERA BARAT,Tbn- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suhar yanto, meminta Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat segera melakukan kajian dan antisipasi terkait adanya dampak bencana sekunder berupa banjir lahar hujan yang dapat berpotensi terjadi dari aktivitas erupsi Gunungapi Ibu.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam siaran pers, Sabtu dini hari (1/6/2024) menjelas kan, hal itu disampaikan Suharyanto saat memimpin Rapat Koordinasi Penanganan Darurat Dampak Erupsi Gunungapi Ibu di Kantor Bupati Halmahera Barat, Jailolo, Jumat (31/5/2024).
Dalam rakor yang juga dihadiri oleh Kepala PVMBG Hendra Gunawan, Pj. Gubernur Maluku Utara, Samsuddin Abdul Kadir, Bupati Halmahera Barat, James Uang dan Danrem 152/BBL, Brigjen TNI Elkines Villando Dewangga dan jajaran yang lainnya.
Rakor itu, Suharyanto mencontoh kan apa yang baru-baru ini terjadi di wilayah Sumatera Barat, yakni bencana banjir lahar hujan yang telah menerjang empat kabupaten dan menyebabkan 62 orang meninggal dunia serta 10 lainnya masih dinyatakan hilang. Petaka itu terjadi akibat adanya curah hujan tinggi di wilayah puncak Gunungapi Marapi dan beberapa hulu sungai.
“Banjir lahar hujan Gunungapi Marapi menyebabkan 62 orang meninggal dan 10 hilang. Sudah hampir 15 hari sampai sekarang belum ditemukan,” kata Suharyanto
Berkaca dari Gunungapi Marapi, BNPB siap mendukung Pemerintah Kabupaten Halmahera untuk mengirimkan tim ahli bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk mempertajam kajian risiko bencana dari Gunungapi Ibu. Hasil kajian dan analisa di lapangan itu nantinya dapat digunakan untuk tindak lanjut sebagai langkah mitigasi dan kesiapsiagaan.
Menurut gambaran dari citra satelit dan hasil analisis Badan Meteoro logi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa wilayah Maluku Utara berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat akibat pengaruh dari aktivitas gelombang Ekuatorial Rossby yang menjadi faktor pendukung pertumbuhan awan hujan.
Di samping itu, PVMBG telah menyusun laporan kawasan rawan bencana erupsi Gunungapi Ibu termasuk jalur aliran lahar dari 13 titik hulu yang mengarah ke beberapa permukiman warga.
Atas bukti nyata, hasil prakiraan cuaca dan hasil kajian analisis sementara tersebut maka Suharyanto meminta hendaknya dapat diatensi dengan baik oleh seluruh pihak. Jika memang terdapat penumpukan material sisa erupsi, maka harus segera dibersih kan. Tentunya hal itu tidak dapat dilakukan pada saat ini karena Gunungapi Ibu masih erupsi dan masuk dalam level IV atau “AWAS”.
“Kalau memang betul ada penumpu kan material sisa erupsi ini bisa segera diturunkan (dibersihkan) karena itu berbahaya. Jika terjadi hujan yang luar biasa maka bisa terjadi banjir bandang. Itu yang terjadi di Marapi. Itu yang merusak dan menyebabkan banyak korban jiwa,” terang Suharyanto. “Intinya untuk masalah gunung ini kami tidak akan lepas. Khususnya seperti kasus di Gunung Ibu,” tegasnya.
Di sisi lain, Suharyanto turut meng apresiasi langkah cepat Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat untuk melakukan penyelama tan dan evakuasi warga secara besar- besaran demi menghindari dampak secara langsung erupsi Gunungapi Ibu. Atas upaya itu, masyarakat dapat diselamatkan dan hingga saat ini nihil korban jiwa.
“Alhamdulilllah setelah ada info dari PVMBG kita segera ambil langkah cepat. Jika sedikit saja kita terlambat maka mungkin akan ada korban,” ungkap Suharyanto.
Kendati demikian, Kepala BNPB tetap meminta seluruh unsur pemerintah daerah agar tidak cepat puas. Bagaimanapun Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat harus terus menjaga keselamatan masyarakat sebagai hukum tertinggi. Meski sebelumnya Gunungapi Ibu tidak pernah ada letusan yang dahysat sehingga berdampak pada korban jiwa, namun hal itu tentunya tetap harus diantisipasi.
“Gunung Ibu ini secara catatan sejarah tidak pernah ada letusan. Hanya pasir dan asap. Empat hari yang lalu ada kenaikan sampai tadi pagi ada kenaikan. Namun grafiknya tidak sebesar yang pertama dulu,” jelas Suharyanto.
“Kita jangan over estimate. Kesela matan masyarakat hukum yang tertinggi. Ini yang harus kita pikirkan. Karena Gunungapi Ibu ini perangkat teknologinya ini sudah baik, namun kembali lagi ini alam. Sifatnya bencana ini di seluruh dunia juga belum bisa memprediksi secara tepat atau pasti,” imbuhnya. (wis)